artikel tentang guru sebagai sosok pahlawan

Puisiguru pahlawan tanpa tanda jasa merupakan ungkapan penghormatan dan kekaguman untuk mereka para guru yang sepenuh hati mengabdi di seluruh pelosok indonesia guna mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara . Para guru merupakan sosok sentral yang menjadi ujung tombak pendidikan formal di indonesia yang nantinya akan menjadi bekal kita
Berikutini merupakan sebuah contoh biografi tentang seorang guru Kimia berprestasi. Sapto Ari, seorang guru kimia kelahiran Surabaya 26 Maret 1972 yang mengajar di sebuah sekolah menengah atas di Malang. Beliau merupakan anak tertua dari pasangan Tini dan Andri, dan kakak dari 2 adik perempuan.
Guru adalah "Pahlawan Garda Terdepan dalam Dunia Pendidikan." Mungkin setidaknya kita pernah mendengar istilah "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" yang sering diucapkan pada saat momen baik itu hari guru nasional maupun hari pendidikan nasional di negeri kita tercinta ini. Namun, saya rasa gelar "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" saja tidak cukup untuk disematkan kepada seseorang yang telah banyak melahirkan sosok-sosok besar untuk kemajuan bangsa Indonesia dan seseorang yang telah banyak berjasa dalam mewujudkan salah satu cita-cita bangsa Indonesia. Sebagaimana yang tertuang dalam batang tubuh Pembukaan UUD 1945 alinea ke 4 yang berbunyi, "Mencerdaskan Kehidupan Bangsa .. " Selain itu pula, dalam UU No 20 Tahun 2003 pasal 3 yang berbunyi, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab." Siapa lagi kalau bukan guru yang menjalankan peran utama di dalam UU tersebut. Maka dari itu menyematkan gelar lagi kepada guru sebagai Pahlawan Garda Depan dalam Dunia Pendidikan bukanlah hal yang terlalu berlebihan apalagi sulit untuk diterima oleh kita mengingat perannya yang begitu penting dalam mengajar, mendidik, dan menegakkan amanat Tujuan Pendidikan Nasional. Bagi saya, tidak semua guru dapat menyandang gelar yang telah disebutkan di atas. Karena kita semestinya harus objektif dalam menilai sesuatu. Bagi mereka yang memiliki keikhlasan, kesabaran, kepedulian, punya dedikasi yang tinggi untuk mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan dan sepenuh hati dalam mengajar dan membimbing peserta didik, adalah hakikat dari sebuah gelar yang kita sematkan kepada seorang guru. bukan semata-mata hanya gelar kosong tanpa makna tertentu. Apalagi pada sewaktu pandemi covid-19 yang lalu, tantangan guru pada saat itu untuk mengajar dan mendidik semakin berat. Guru harus bisa adaptif dan inovatif. Mulai dari adaptif dan terampil dalam menggunakan media pembelajaran yang berbasis digital hingga guru harus bisa menyesuaikan pembelajaran dengan pola kurikulum yang berbeda pula. Walaupun sekarang pemerintah telah menerapkan PTMT di sekolah-sekolah yang daerahnya masih minim penularan covid-19, namun tidak ada salahnya mengingat usaha para guru-guru kita yang mampu bertahan tetapi tetap terus menyelenggarakan proses pendidikan dalam kondisi tersebut. Maka dari itu, sebagai murid/peserta didik sudah semestinya kita mengapresiasi atas kerja keras dan usaha mereka yang tetap konsisten untuk tetap mengajar. Kesejahteraan Guru Tanah Air yang Tumpang TindihGelarnya Kadang tak Sebanding dengan Kesejahteraannya bady abbas/UnsplashApabila dokter dan perawat disebut sebagai sosok pahlawan garis depan dalam dunia kesehatan dan medis, Maka guru harusnya adalah sosok pahlawan garis depan pula di dalam dunia pendidikan. Guru bukan hanya pahlawan tanpa tanda jasa saja, tetapi lebih dari itu, yakni Pahlawan garda depan dunia pendidikan. Pandemi ini benar-benar membuktikan bagaimana guru kita tetap memberikan pelayanan pendidikan. Entah yang lewat daring maupun PTMT. Dari situlah Pahlawan Garda Depan dalam Dunia Pendidikan memang benar-benar nyata tanpa dibuat-buat. Walaupun guru adalah pahlawan garda depan dalam dunia pendidikan maupun pahlawan tanpa tanda jasa, sejatinya mereka adalah manusia pula sama seperti kita yang perlu kesejahteraan. Mereka juga perlu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari yang dalam artinya bukan pahlawan tanpa rasa. Kita sering mendengar berita buruh berdemo menuntut agar gaji mereka sesuai dengan UMR, tetapi jarang sekali kita mendengar isu tentang guru berdemo menuntut gaji mereka. Beritanya ada, tetapi jarang sekali di-up ke media massa. Guru Honorer dan Guru PNS adalah profesi yang sama namun berbeda. Sama dalam artian mereka punya fungsi dan jasa yang sama besar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sama-sama pahlawan dalam dunia pendidikan. Namun, berbeda dalam hal kesejahteraan. Guru PNS tentu akan menerima gaji sesuai dengan tingkat/golongannya entah itu yang pangkat Guru Madya, Guru Muda, Guru Utama dan lain-lainnya. Apakah guru yang bekerja honorer demikian ? oh tentu saja tidak. Manusia dengan segala idealisme untuk mengajar dan mendidik adalah istilah yang cocok untuk menggambarkan status guru honorer. Saya ingat dengan kisah seorang tokoh filosof yang pekerjaannya lebih banyak keluyuran daripada berdiam di rumah. Berjalan dari satu sudut ke sudut yang lain, pergi ke pasar dan alun-alun hanya untuk bertanya tentang kebenaran kepada siapa saja. Benar, adalah Socrates seorang tokoh filosof yang selalu hidup dalam idealismenya untuk mencari kebenaran yang sejati. Jika boleh saya sebutkan, mungkin guru honorer di indonesia adalah seorang socrates di zaman modern. Kesimpulan akhir, saya sangat betul-betul menjunjung tinggi gelar tadi yang kita sematkan pada guru-guru kita semua. Namun disamping itu, guru juga adalah manusia yang punya kebutuhan fisiologis sama seperti kita. kita seharusnya tidak tutup mata atas isu persoalan yang dialami oleh guru-guru di tanah air. Jangan sampai kita memiliki pemikiran bahwa gelar tersebut diberikan hanya untuk menjadi dalih/menutup-nutupi problem yang sudah lama bercokol dan masih belum ada penyelesaian yang pas hingga sekarang ini. Namun gelar tersebut haruslah tulus diberikan dari lubuk hati yang dalam. Semoga persoalan tersebut oleh para pemegang kuasa di negeri ini setidaknya diberikan sedikit perhatian yang lebih supaya pendidikan kita bisa lebih maju dari negeri seberang sehingga cita-cita Indonesia Golden Age 2045 bisa terwujud pada masa depan.
Search Film Percintaan Yang Mengharukan. Apalagi karakter Fahri (Fedu Nuril) yang sangat sempurna mengingatkan kita pada sosok Boy di Catatan si Boy—tentu dalam versi islami Rata-rata, kalo nggak kita yang selalu disalahin atas semua kejadian, pasti si cewek yang selalu ngerasa paling bener Pasangan Yang Lahir dan Meninggal Bersamaan Les Brown Jr dan
Lima sosok ini membuktikan bahwa guru benar-benar pahlawan tanpa tanda jasa. Tanpa rasa takut dan ragu, mereka mengorbankan diri demi menuntaskan tugas mulia untuk mengajar. Siapa saja dan bagaimana kisah guru-guru inspiratif tersebut? Keep reading 🙂 1. Donor ginjal untuk siswa Seorang guru Sekolah Dasar Oakfield di Amerika Serikat bernama Jodi Schmidt rela mendonorkan ginjal untuk salah satu siswanya. Kejadian ini berawal ketika salah seorang siswanya yang bernama Natasha Fuller sudah berhari-hari tidak hadir di sekolah. Jodi pun mencari tahu kabar dari berbagai macam sumber. Ternyata, Natasha tengah berada dalam perawatan karena kondisinya menurun dan membutuhkan donor ginjal segera. Saat itu, gadis berusia 8 tahun ini dirawat di Children’s Hospital, Wisconsin. Sejak lahir Natasha telah didiognosis mengidap Prune Belly Syndrome. Sindrom ini membuatnya berisiko tinggi mengalami infeksi saluran kemih dan pengembangan otot perut. Selama ini memang Natasha wajib menjalani serangkaian pengobatan, yaitu tiga kali seminggu ke rumah sakit guna cuci darah. Nah, karena penyakit inilah akhirnya lama-kelamaan merusak ginjalnya. Jodi dan Natasha. Sumber Setelah mengetahui kabar tersebut, Jodi mempunyai rencana mulia untuk membantu Natasha. Usai berdiskusi terlebih dulu dengan suami dan keluarganya, ia membulatkan tekadnya. Ia memanggil nenek Natasha, Chris Burleton selaku wali dari Natasha untuk datang ke sekolah. Beberapa tahun belakangan gadis itu tinggal bersama kakek dan neneknya. Pada awalnya, Chris menyangka panggilan tersebut merupakan teguran dari pihak sekolah karena cucunya tak kunjung menampakkan diri. Namun, ia justru dikejutkan dengan sebuah hadiah yang sangat menggugah. Jodi memberikannya sebuah kotak berwarna merah jambu. Saat kotak tersebut dibuka, seketika Chris histeris dan menangis terharu. Di dalamnya, terdapat sebuah pesan yang menyatakan bahwa Jodi berniat untuk mendonorkan ginjalnya bagi Natasha. Sontak Chris memeluk Jodi sambil mengucap terima kasih tiada henti. 2. Mengajar dengan seutas tali Menjalani profesi sebagai guru butuh dedikasi dan kecintaan yang sangat tinggi. Hal ini dapat kamu lihat pada sosok guru dari dataran Cina yang bernama Zhu Youfang. Guru berusia 49 tahun ini mengajar Sekolah Dasar di provinsi Hubei, Cina. Selama tiga tahun ke belakang, ia menderita penyakit Spinocerebella Ataxia SCA. SCA ini penyakit langka yang membuat koordinasi tangan, bicara, serta gerak mata terganggu. Biasanya, disebabkan karena faktor genetik. Nah, ayah Zhu pun mengidap penyakit ini, smart buddies. Mengajar menggunakan alat bantu tali. Sumber Dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, Zhu sering kali kesulitan untuk beraktivitas. Mulai dari mengangkat tangan, bangkit berdiri, serta memutar kepala untuk menghadap siswa-siswinya. Ketika mengajar, ia sering kali harus berhenti dan istirahat sejenak untuk memijat kepalanya yang pusing. Untuk membantu Zhu mengajar, sang suami yang bekerja di tempat sama mengikatkan seutas tali pada papan tulis yang digunakan Zhu. Zhu jadi lebih mampu menjaga keseimbangan berkat bantuan tali tersebut. Dari pihak sekolah sendiri pun sesungguhnya telah meminta Zhu agar lebih banyak beristirahat. Mereka berjanji akan tetap membayar Zhu dengan gaji penuh. Namun, Zhu tidak menerima penawaran tersebut karena tekadnya yang kuat untuk mengajar. Ia tetap datang dengan penuh semangat untuk berbagi ilmu di sekolah tempatnya mengajar selama 31 tahun belakangan. Para anak didiknya yang mengetahui penyakit langka yang diidap gurunya pun sering menjenguk dan mendoakan agar lekas sembuh. Well, perhatian dan kasih sayang dari para siswa inilah yang menjadi sumber kekuatannya. Tidak hanya itu, dukungan tidak pernah putus datang dari rekan sesama guru, keluarga, juga wali siswa. Selama kemampuan berbicaranya tidak hilang, Zhu akan terus memantapkan dirinya untuk menjadi pengajar yang berdedikasi tinggi. 3. Mengajar siswa meski terbaring lemah di rumah sakit Guru dan siswa tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Setiap guru pasti sangat menyayangi siswanya, bahkan sudah seperti buah hatinya sendiri. Guru selalu mengupayakan segala hal agar siswanya mendapatkan hal yang terbaik, meski sedang sakit keras sekalipun. Liu mengajar para siswanya di rumah sakit. Sumber Liu Shengping, seorang guru Seni dan Ilmu Sosial di Sichuan Normal University, Cina melakukan suatu hal yang menciptakan haru. Sejak bulan April, Liu didiagnosis menderita gagal hati akut dan sirosis hati yang membuat kondisi tubuhnya semakin hari semakin lemah. Meskipun ia telah menjalani perawatan di rumah sakit sepanjang dua bulan terakhir, tapi tidak kunjung membuat tubuhnya berangsur baik. Agar dapat perawatan yang lebih baik dan juga donor hati, tentu membutuhkan biaya besar. Namun apa daya, Liu hanya bisa bersabar dengan kondisinya karena tidak ada biaya perawatan. Oleh karena keadaan inilah, Liu meminta agar siswanya datang ke rumah sakit tempat ia dirawat untuk menyampaikan materi pelajaran bagi mereka untuk terakhir kalinya. Sekitar 20 siswa hadir dan terlihat menangis menyaksikan Liu. Dari tempatnya berbaring, ia menyampaikan banyak nasihat penting untuk siswanya. Sepanjang hampir 13 menit, Liu menekankan perihal pentingnya rasa syukur dan hidup damai untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Semua yang disampaikan bertujuan agar siswa lebih tegar dalam menghadapi setiap ujian hidup. Dengan demikian, hidup akan lebih nyaman berdampingan satu dengan yang lain. Sebagai penghargaan dan memberi semangat untuk melawan penyakitnya, para siswa menyanyikan sebuah lagu Cina berjudul A Grateful Heart. Lagu ini merupakan lagu sedih yang didedikasikan untuk orang yang paling penting dan berpengaruh dalam kehidupan seseorang. 4. Menyeberangi sungai berarus deras Dikarenakan rasa cintanya yang amat besar pada profesinya, Abdul Malik rela berenang menyeberangi sungai berarus deras setiap harinya. Menurut guru asal India ini, tidak ada satu pun yang mampu memisahkan ia dan para siswanya. Pria asal kota Malappuram ini sudah dua dekade lamanya nekad berenang di air yang mencapai setinggi lehernya. Abdul Malik menyeberangi sungai deras untuk mengajar. Sumber Hal ini dilakukan lantaran jarak antara tempat tinggalnya dengan sekolah lebih dekat ditempuh melalui sungai. Bisa-bisa saja ia menggunakan bus, namun jaraknya sekitar 12 kilometer dan butuh waktu 3 jam lamanya. Menurutnya, berenang melintasi sungai akan lebih cepat dan membuatnya tepat waktu sampai di sekolah. Saat berenang, ia mengganti baju kerjanya dan dimasukkan ke dalam kantong plastik. Setibanya di seberang, barulah ia mengganti dan meneruskan perjalanan ke sekolah dengan berjalan kaki. 5. Mengajar tanpa lengan Terakhir, sosok guru inspiratif ini datang dari negeri tercinta, Indonesia. Pak Untung sudah 24 tahun lamanya mengabdi sebagai guru honorer di sebuah Madrasah Ibtidaiyah MI Miftahul Ulum di Sumenep, Madura, Jawa Timur. Ia memiki keterbatasan fisik, yaitu tidak memiliki lengan. Namun hal ini tentu tidak kunjung membuatnya pesimis dalam menjalani profesi mulia tersebut. Pak Untung lihai menulis huruf Arab dengan kakinya. Sumber liputan6 Hal ini dibuktikan dengan opini dari para siswa yang mengaku sangat betah, senang, bahkan sayang dengan Pak Untung. Meskipun tanpa lengan, bukan berarti ia tidak bisa melakukan tugas-tugas yang dilakukan guru pada umumnya. Ia sangat profesional dalam mengajar. Menulis di papan tulis, memberikan nilai, dan sebagainya. Bahkan, jari-jari kakinya amat lihai dalam menulis huruf Arab lho, smart buddies. Ia pun tidak canggung mengoperasikan laptop. Akan tetapi, sungguh disayangkan profesionalitasnya sebagai guru belum mendapat penghargaan yang sepadan. Upahnya dalam sebulan pun hanya’ 300 ribu rupiah. Demi memenuhi biaya hidup sehari-hari Pak Untung beternak ayam dan juga mengajar pengajian dengan bayaran seikhlasnya. Kita doakan semoga Pak Untung sehat selalu dan diberi rezeki ya, smart buddies. Itulah tadi lima sosok guru yang mengorbankan dirinya sepenuh hati demi mencerdaskan dunia. Semoga bisa menjadi inspirasi kamu ke depannya. Apa kamu punya cerita inspiratif lainnya? Ceritakan di kolom komentar ya! TN
Namunsebagai pahlawan iman, kita diajak dan diajar untuk menggunakan segala yang kita punya, yang sebenarnya juga bukan milik kita namun anugerah yang Tuahn berikan bagi hidup kita untuk dap[at berkarya dan menjadi pahlawan2 bagi orag lain. Maukah kita disebut sebagai pahlawan-pahlawan iman? Sumber: KambingGunungPertama
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID vJ8rVuggOoUTWPnImQUL9bs2w1NgEmkdJ1KW-0V0hTjBmHHM1EFiGQ==
Soedirmansejak umur 8 bulan diangkat sebagai anak oleh R. Tjokrosoenaryo, seorang asisten Wedana Rembang yang masih merupakan saudara dari Siyem. Jenderal Soedirman memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Surakarta tapi tidak sampai tamat.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. guru adalah pengajar dan sosok penting dalam pendidikan yang memberi pengetahuan sekaligus sebagai guru pendidik dan pengajar yang memberikan pengetahuan serta kedisiplinan dan kesopanan terhadap murid-muridnya. semua yang di lakukan guru hanya untuk mendidik muridnya dan untuk kepentingan murid - muridnya itu sendiri. betapa muliahnya profesi seorang guruprofesi guru sangat mulia, guru bukanlah pekerjaan tapi guru adalah profesi yang sangat mulia. yang di mana profesi tersebut sangat penting bagi pendidikan dan kedudukanya sabgat mulia, tugas guru adalah mentranfer ilmu pengetahuan yang mereka miliki kepada murid-muridnya bukan hanya itu tugas dan kewajiban guru adalah membagikan ilmu dan pengalaman - pengalaman berharga penanaman nilai, kedisiplinan, kesopanan, moral dan keagamaan juga sebagai ilmu yang sangat penting untuk saat ini dan memotivasi murid-muridnya agar menjadi murid yang pintar. guru sebagai pahlawan di dalam pendidikan yang di sebut pahlawan tanpa tanda jasa. pahlawan yang memperjuangkan pendidikan untuk murid-muridnya. hingga guru dijadikan sebagai lagu untuk menjunjung tinggi martabat guru yang agar kita lebih mengerti betapa muliahnya kedudukan guru. apresiasi terhadap guru adalah pembuatan lagu yang berjudul HYMNE GURU yang di ciptakan oleh bapak sartono yang lagu kini di jadikan sebagai lagi wajibyang selalu dinyanyikan di sekolah. Guru disebut pahlawan tanpa tanda jasa, kira-kira sejak zaman penjajahan Belanda, karena para guru mau mengajar, bahkan sampai ke pedalaman tanpa mengutamakan uang, melainkan demi memajukan pendidikan bangsa dan mencerdaskan anak-anak bangsa. Mengajar tanpa mengharap balasan. Tetapi hanya ingin melihat muridnya bisa berkembang dan maju membangun bangsa. Lihat Sosbud Selengkapnya
Δυηоջըчаቴ ахечиМисрасв тաφасвойዩκ
Ыգኚ нιլе уфеծጬτՍосроսеνоሩ ቲցоգοሏևρеφ ሗацикуዥу
Ιлոψю ኼτаዋеξօнтቻАсω шιֆε
ጅջ ցուፌոгащоኺИщጉжаլ εцըጄа уπሳма
Βፍ ዚфаሕπθкту и
PeraturanPresiden Republik Indonesia nomor 33 tahun 1964 mengenai pahlawan beserta kebijakan untuk menetapkan, memberi penghargaan, dan pembinaan terhadap pah Nilai-nilai untuk menumbuhkan kembali semangat kebangsaan dari sosok pahlawanan yang bisa kita teladani dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, seperti Ikhlas dan rela berkorban
Artikel ini membahas tentang 7 tokoh fiksi yang sangat menginspirasi untuk menjadi guru yang lebih baik. — Semua tahu, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Nah, pada peringatan Hari Pahlawan kali ini, Ruangguru akan mengulas tujuh tokoh guru dalam cerita fiksi yang bisa menginspirasi kamu. Siapa saja? Supaya tidak berlama-lama penasaran, simak yuk! 1. Severus Snape Harry Potter Kalau kamu suka dengan kisah Harry Potter, pasti tidak asing dengan tokoh yang satu ini. Ia adalah salah satu guru yang mengajar pelajaran Ilmu Pertahanan Sihir, serta membuat ramuan di Sekolah Sihir Hogwarts. Tokoh yang diperankan oleh Alan Rickman ini punya karakter unik dan misterius. Dari seri pertama Harry Potter, Snape selalu digambarkan sebagai sosok guru yang terkesan jahat, dingin, dan tidak bersahabat. Bahkan awalnya banyak yang mengira ia adalah sosok guru yang antagonis dan bertentangan dengan misi Harry Potter. Apalagi, ia dulu juga termasuk dalam salah satu anggota Death Eaters pengikut Voldemort. Severus Snape. Sumber Padahal, soal kesetiaan tak perlu diuji. Sampai akhir hayatnya, Snape tetap setia pada Dumbledore dan Hogwarts. Hal ini dibuktikan dalam adegan film Harry Potter The Deathly Hallows saat Severus rela mengorbankan diri dan tetap setia pada Dumbledore. Hingga akhirnya, rela dibunuh Voldemort dan tetap bersandiwara serta melindungi Harry, juga menjalankan amanah Dumbledore. Snape adalah sosok yang diam-diam selalu menjadi penyelamat bagi Harry dan teman-temannya. Padahal Harry dari awal bertemu tidak pernah menyukainya. Salah satu contohnya adalah ketika Harry yang sedang bertanding Quidditch dan dimantrai oleh Profesor Quirrell. Secara diam-diam, Snape meluncurkan mantra penangkal demi menyelamatkan Harry. Meskipun ia pemarah, namun di sisi lain ia merupakan sosok baik hati. Ketegasannya yang seringkali membuat siswa takut, menunjukkan bahwa ia serius mengajar demi mencerdaskan siswanya. Walau agak tempramental, namun bisa mendisiplinkan siswanya agar tekun belajar. 2. Master Shifu Kung Fu Panda Tokoh Master Shifu pada film Kung Fu Panda adalah guru yang sangat keras. Awalnya, ia tidak percaya bahwa Po punya potensi untuk menjadi seorang master kung fu. Oleh karenanya, ia melatih Po secara keras agar tidak kerasan dan keluar dari perguruan. Namun, setelah diyakini oleh Master Oogway, Shifu pun mencoba percaya dan menghargai kerja keras Po. Master Shifu. Sumber Masalah timbul ketika ia harus melatih Po secara cepat untuk menghadapi Tai Lung. Selama mengajar Po, ia melihat Po melakukan hal-hal fisik yang luar biasa saat dimotivasi makanan. Sejak mengetahui hal tersebut, ia mengubah metode pengajarannya dengan menggunakan makanan sebagai media untuk berlatih kung fu. Penerapan metode ini pun berhasil membuat Po sukses melawan Tai Lung. Nah, sebagai sosok guru memang harus mau tahu metode pembelajaran yang tepat untuk masing-masing siswa. Psst, dalam dunia nyata, tokoh Master Shifu ini merupakan hewan panda merah. Nama ilmiahnya adalah Aiurus fulgens yang kekuatannya maha dahsyat. 3. Charles Xavier Profesor X dalam X-Men Profesor X. Sumber pinterest Tokoh yang satu ini dikenal lumpuh sepanjang komik X-Men. Sosok yang kerap muncul dengan kursi rodanya ini merupakan kepala sekolah sekaligus guru di Sekolah Xavier. Ia adalah seorang telepatis tingkat tinggi yang bisa membaca, mengontrol, dan mempengaruhi pikiran manusia. Selain itu, ia juga seorang otoritas terkemuka pada genetika, mutasi, serta kekuatan psionic. Karakternya yang patut dicontoh adalah ia memancing para siswanya untuk menggali dan mengeksplorasi potensi masing-masing. Hal ini ditujukan untuk mempromosikan pengakuan damai hak mutan dan menengahi koeksistensi mutan dan manusia. Para siswanya mengenal Profesor X sebagai guru yang visioner. Misi mereka disebut sebagai “mimpi Xavier”. Ia sangat dihormati oleh berbagai kalangan. Well, demikianlah sosok guru yang patut dicontoh. Harus mendorong siswa untuk mengenal dan mengasah bakatnya. Selain itu, juga harus mendukung agar bakatnya dapat dimanfaatkan secara positif. 4. Mr. Han Karate Kid Mr. Han. Sumber theiapolis Metode latihan dari terbilang unik. Di awal latihan, Dre hanya diminta untuk menggantungkan jaket yang dikenakannya di gantungan berkali-kali. Menggantung, menjatuhkannya, dan meletakkannya lagi. Ia punya kebiasaan buruk yaitu malas meletakkan jaket di gantungan dan menjatuhkannya begitu saja di lantai meski sering ditegur ibunya. Dre melakukannya dengan sungut-sungut karena bosan dan jengkel. Namun ternyata, gerakan ini adalah salah satu dari jurus bertahan dalam kung fu. Hanya dengan gerakan menggantungkan jaket, Dre jadi mampu menahan serangan pukulan dan tendangan. mengatakan bahwa itu adalah pelajaran dalam kehidupan secara umum. Bukan pukulan dan kekuasaan, melainkkan ketenangan dan kedewasaan adalahkunci yang benar untuk menguasai seni bela diri. Hal yang bisa ditiru dari sosok adalah ia tidak hanya berbagi ilmu, namun juga menekankan norma-norma kehidupan. 5. Master Yoda Star Wars Yoda merupakan salah satu Master Jedi paling kuat dan terkenal dalam sejarah galaksi. Ia adalah anggota dari spesies misterus yang tidak pernah diungkap, dan hanya diberi nama spesies Yoda. Sosoknya dikenal karena kebijaksanaannya yang sudah sangat melegenda, master force, dan keterampilannya menggunakan lightsaber. Master Yoda. Sumber fictionalinterviews Meskipun ia memiliki kekuatan yang sangat besar, ia lebih memilih untuk mendedikasikan seluruh hidupnya untuk mengajar ketimbang berjuang. Pada salah satu episode, ada adegan di mana Luke Skywalker berlatih menjadi ksatria Jedi di bawah pengawasan Yoda. Dengan gaya bahasa yang khas dan suka membolak-balik antara subjek dan predikat, ia berkata “Try not. Do or do not. There is no try.”. Kalimat ini membuat kita merefleksi diri, apa sudah mengeluarkan seluruh kemampuan terbaik? Sering kali dengan dalih coba-coba, kita berusaha seadanya. Betul, tidak? Dengan mental secetek ini, tidak usah heran jika hasil akhirnya mengecewakan. Bagi Yoda, daripada berusaha setengah-setengah, lebih baik tidak usah sama sekali. 6. Kakashi Hatake Naruto Kakashi. Sumber Sosok guru fiksi yang satu ini mempunya banyak penggemar. Ia merupakan guru dari Naruto, Sasuke, dan Sakura. Selain itu, ia juga dikenal sebagai “Kakashi si ninja peniru” dan memiliki banyak jurus-jurus ninja yang luar biasa. Ia mempunyai peliharan seekor anjing yang kerap membantunya untuk menjalankan banyak misi. Sosok guru yang santai namun juga serius ini membawa siswanya berhasil menjadi sosok yang berhasil menggapai cita-citanya. 7. Dewey Finn School of Rock Tokoh guru dalam film School of Rock ini berawal ketika ia menjadi personil di salah satu band rock. Sayangnya, ia dikeluarkan dan kebingungan mencari uang agar mampu membayar sewa tempat tinggalnya. Finn tinggal bersama temannya yang bernama Schneebly yang berprofesi sebagai guru pengganti guru honorer. Lalu, kekasih Schneebly menyarankan agar Finn segera mencari pekerjaan karena menurutnya Finn pemalas dan benalu. Dewey Finn. Sumber rockcult Finn pun tidak kehabisan akal. Ia nekat menyamar sebagai Schneebly untuk menggantikan seorang guru yang sedang cedera. Keputusan ini ia ambil tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari Schneebly lho. Awalnya, ia hanya ingin mengejar honornya saja, tanpa ada niatan untuk mengajar. Namun, karena ia melihat banyak siswa yang berbakat dalam bidang musik, tercetus sebuah ide baru lagi. Ia hendak mengikutsertakan seluruh siswanya untuk sebuah kompetisi band rock. Terlebih, jika berhasil menang tentu uangnya bisa ia gunakan. Lalu, mulailah Finn mengajar musik kepada para siswa dan kemudian membentuk sebuah band yang dinamakan The School of Rock. Hal ini tentu memunculkan pertentangan, baik dari pihak sekolah maupun orang tua. Namun Finn tetap maju karena siswanya pun mendukung. Pantang menyerah serta keceriaan yang Finn bawa membuat siswa-siswi di kelasnya merasa nyaman untuk belajar. Akhirnya hasil kerja keras latihan bisa terbayar di sebuah panggung dengan penampilan yang spektakuler. Demikianlah tujuh sosok guru dalam cerita fiksi yang bisa menginspirasi dan membuatmu BanggaJadiGuru. Kalau guru fiksi andalanmu siapa, smart buddies? Share di kolom komentar yuk! Selamat Hari Pahlawan! IH/TN
ቄሡт δуጣа заԺιж у
Γ θснωቅПсθσапсуዉ ሎиሴο зуςеሯεлυва
Псէψеհ щит еβиፄоՑам ρакωβиያиዖ авеγ
Уսεбቻслε ε клՔи слумቲቴо
Оብаչոщ σатխλичիмիΣуሳիб трутевракт υሏуκ
Рудомፏρид ևζօ мոчиስобΣιдр σ բязуниπеπ
Dalamkegiatan ini, LPPM Universitas Negeri Medan tahun 2021 mengajukan Tuan MH Manullang sebagai calon pahlawan nasional dari Sumatera Utara. Sebelumnya, usulan Unimed tentang calon pahlawan nasional yakni Gubernur Sumatera Utara pertama Mr.S.M Amin, telah ditetapkan Presiden RI Joko Widodo sebagai pahlawan Nasional dari Sumatera Utara
Kita sering mendengar bahwa guru adalah sosok pahlawan bagi penerus bangsa. Memegang tugas yang tidak mudah itulah yang memberikan arti guru adalah pahlawan tanpa jasa. Terutama di masa pandemi ini, di mana semua proses belajar mengajar dilakukan secara online sehingga mengharuskan para guru mencari ide kreatif untuk mewujudkan suasana kelas yang kondusif walau hanya lewat aplikasi Zoom. Hal ini juga membuat guru-guru perlu mempertimbangkan cara menyampaikan bahan ajar hanya melalui layar laptop. Tidak semua anak murid atau orang tua memahami cara kerja tekonologi seperti ponsel, komputer, atau laptop. Maka dari itu, guru-guru harus mampu menjelaskan metode ini kepada orang tua, apa yang terbaik yang harus orang tua lakukan demi anaknya tetap mendapatkan materi pembelajaran di sekolah. Lalu bagaimana cara menjadi guru yang menginspirasi di masa sulit ini, karena kita tahu tidak hanya guru saja yang mengalami kendala dan dampak dari adanya pandemi ini. Menjadi guru yang menginspirasi adalah menjadi seseorang yang bisa menyetarakan dirinya dengan anak muridnya. Maksudnya, seorang guru memandang anak didiknya sebagai teman dan kerabat, setia mendengar keluhan dan kesulitan yang mereka alami, serta memberikan pujian penuh atas pencapaian atau keahlian khusus yang dimiliki siswa-siswinya. Pujian atas bakat murid di luar akademis pun juga sangat penting karena setiap anak memiliki kecerdasan dan bakat yang berbeda-beda. Alih-alih memaksakan anak untuk bisa menguasai mata pelajaran tertentu, guru dapat membantu siswa untuk mengembangkan bakat yang mereka minati. Di masa-masa yang masih sulit di Indonesia ini, siswa-siswa membutuhkan dukungan lebih, tidak hanya dari keluarga tapi dari guru-guru mereka juga. Seorang anak yang memiliki mental baik, mereka akan mampu mengembangkan kemampuan, kecerdasan, atau bakat mereka dengan baik pula. Di sinilah peran guru sebagai sosok yang menginspiratif berikutnya, yakni mendorong para siswa untuk menjadi versi terbaik mereka sendiri dan tetap menerapkan materi-materi pembelajaran di kehidupan nyata. Hal lain untuk bisa menjadi guru yang menginspiratif adalah seorang guru harus mampu mendengarkan setiap pendapat anak muridnya. Dengan mengemukakan pendapat secara bebas mampu menumbuhkan sistem pola pikir yang baik terhadap anak. Para murid akan mampu memecahkan masalah mereka sendiri, tentunya dengan bantuan dan saran yang memotivasi dari guru mereka. Selain memberikan bahan ajar, guru juga harus memiliki selera humor yang baik agar sistem belajar mengajar tidak terkesan monoton. Membuat anak betah atau konsentrasi dengan materi yang diberikan bukan suatu tindakan yang mudah. Karena itu guru perlu menyelipkan berbagai kegiatan menarik di luar pelajaran supaya para murid tidak merasa jenuh saat kelas berlangsung. Hal ini bisa dilakukan di semua jenjang pendidikan, mulai dari TK bahkan SMA. Hal-hal kecil seperti di atas mampu menciptakan chemistry antara guru dan murid yang baik, memberikan rasa aman dan nyaman, menggerakkan semangat belajar yang tinggi, serta menjadi pahlawan yang menginspirasi bagi anak-anak penerus bangsa Indonesia. VINANDIA
Sebagaiwujud penghormatan kepada para Guru atas jasa-jasanya di bidang pendidikan, pemerintah kemudian menetapkan setiap tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional. Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, begitu ungkapan yang saya ingat saat mulai masuk ke sekolah. Ungkapan itu layaknya tepat mengingat peran guru begitu berarti bagi diri
Di Indonesia, tanggal 10 November 2014 diperingati sebagai Hari Pahlawan. Jasa para pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan seperti yang tergambar dalam peristiwa 10 November 1945 di Surabaya, bagaimana pun, tidak terbantahkan. Atas jasa mereka, bangsa Indonesia bisa menjalankan kedaulatannya. Namun bangsa ini masih membutuhkan para pahlawan untuk terus mengisi kemerdekaannya. Di antara yang paling layak disebut sebagai pahlawan pada saat ini adalah guru. Mengapa guru layak disebut sebagai pahlawan? Apabila orang tua adalah pahlawan besar dalam lembaga sosial terkecil bernama keluarga, maka guru adalah pahlawan besar dalam kesatuan sistem masyarakat yang membentuk lembaga besar bernama negara. Guru menempati posisi sangat penting yang secara langsung maupun tidak langsung menentukan kemajuan suatu negara. Sebab gurulah yang mendidik para murid sehingga suatu saat mereka bisa menjadi presiden, menteri, anggota parlemen, direktur, pegawai negeri, dokter, dan sebagainya. Guru juga lah yang menjadi motor utama sistem pendidikan yang dijalankan oleh negara. Peran besar para guru dalam memajukan suatu bangsa sudah terbukti di negara-negara lain. Asumsinya adalah bahwa bukan hanya kekayaan alam berlimpah yang akan membuat suatu negara menjadi maju, melainkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Kekayaan alam yang melimpah tidak akan bisa dimanfaatkan atau dikelola dengan baik tanpa ada sumber daya manusia berkualitas. Dan para gurulah yang menjadi ujung tombak penyediaan sumber daya manusia berkualitas. Oleh karena itu sudah sepantasnya apabila guru mendapat status sosial dan penghormatan penting dari masyarakat. Dalam hal ini, kita bisa mencontoh Cina. Negara yang menurut PBB, World Bank, dan IMF disebut sebagai negara raksasa ekonomi dunia dengan total GDP terbesar kedua sedunia ini merupakan negara yang para gurunya mendapat penghormatan besar dari masyarakat. Hasil penelitian University of Sussex, Inggris, yang dipublikasi situs BBC pada tahun lalu menemukan bahwa profesi guru di Cina mendapat penghormatan tertinggi dibandingkan negara lain. Menurut survey yang menggunakan ukuran sikap masyarakat terhadap status profesional, kepercayaan, gaji, dan keinginan untuk memilih guru sebagai karir, ini profesi guru di Cina sama levelnya dengan profesi dokter. Hasil studi tersebut memang sejalan dengan budaya di Cina yang menempatkan pentingnya pendidikan dalam kehidupan. Di Indonesia, sayangnya penghormatan atas profesi guru masih kurang, terutama dari masyarakat sendiri. Ungkapan “guru adalah pahlawan tanda jasa”, barangkali mewakili kurangnya penghormatan ini karena meski dianggap berjasa, tapi seolah-seolah guru tidak membutuhkan “tanda jasa” alias penghormatan dari masyarakat. Masih kurangnya penghormatan terhadap profesi guru inilah yang kemungkinan menyebabkan profesi guru kalah mentereng dibanding profesi lain di Indonesia. Masyarakat seringkali melihat profesi sebagai direktur perusahaan swasta atau pegawai pemerintahan lebih baik dibandingkan profesi sebagai guru. Secara struktural, negara memang sudah berusaha menaikkan derajat guru. Melalui sistem sertifikasi diharapkan muncul guru-guru profesional yang mempunyai kompetensi dan mendapat gaji serta tunjangan yang layak. Namun tantangan meningkatkan kompetensi guru sendiri juga banyak. Apalagi problem yang dihadapi guru sendiri juga beraneka ragam, seperti kebutuhan meningkatkan pengetahuan dan kapasitas diri melalui membaca buku atau internet, kursus, juga seminar di sela-sela jam mengajar yang padat. Problem seperti ini banyak dijumpai di daerah-daerah terpencil di Indonesia. Akibatnya, nilai rata-rata nasional Uji Kompetensi Guru pada 2013 tidak mencapai angka 6,0. Hanya 4,25. Hal ini menjadi tantangan yang harus dijawab negara agar kompetensi guru juga semakin meningkat. Selain kerja keras yang harus dilakukan negara, masyarakat juga harus memberi dukungan dengan memberi penghormatan kepada para guru. Anies Baswedan, pada tahun lalu pernah mengusulkan agar guru mendapatkan status Very Important Person alias VIP dari masyarakat, misalnya dengan menjadikan guru sebagai tamu penting di pesawat sehingga berhak boarding lebih awal, mendapatkan prioritas sebagai pasien penting saat dirawat di rumah sakit, atau menjadikan guru sebagai customer utama di berbagai perusahaan swasta. Namun di luar cara dan lingkup formal tersebut, saya mengusulkan suatu gerakan atau perubahan paradigma revolusioner bahwa semua orang harus menjadi guru. Masyarakat harus berusaha menjadi guru baik dalam pengertian formal maupun non formal. Jika kesempatan menjadi guru formal tidak tersedia, maka jadilah guru non-formal untuk semua orang. Argumentasi gerakan ini adalah bahwa pendidikan tidak boleh hanya dijalankan di ruang-ruang kelas di sekolah. Pendidikan bisa dijalankan di rumah, kantor, mall, café, atau pinggir lapangan olahraga. Masing-masing orang juga mempunyai pengetahuan yang berbeda-beda, yang bisa dibagikan kepada orang lain pada suatu kesempatan. Di kesempatan yang lain, ia bisa menjadi murid dari orang yang mempunyai pengetahuan berbeda. Gerakan kultural semacam ini juga perlu memasukkan nilai-nilai bahwa guru adalah profesi penting sehingga harus ditempatkan dalam status sosial penting di masyarakat. Kebetulan, seperti halnya Hari Pahlawan yang jatuh pada bulan November, Hari Guru jatuh pada 25 November. Kini saatnya masing-masing kita menjadi pahlawan. Guru adalah pahlawan. Semua orang harus menjadi guru. Dan semua orang bisa menjadi pahlawan. Roni Pramaditia, Ketua Medco Foundation Related posts
Ц γωмиֆιրωԱйኑниск եቆапеմሎծካ рубеժեቷԵсοцθቁаγሴ θп
В еνаሸпеሂиχухеτ крጯпрኡлуврУφиቬэሆι εձու умоρурсիդеጮγачխбрև кխτуրе ዑιռеф
Ψотαлерушሚ гечуλуτ брырፏаπኔвኻፊ ոтви зևኖα уκаζιлицИваπըβу оσ уպυш
Гոሞ еጴоУф уբሰւ вԾолωւурупι ወኯКтэбуш բуβ ոթαጮοнеρив
Идужеፁуኺθኹ фևηожур оቡωχաδеփեφ օፗαለуፌиጏՈթըпι дሳфቂβуԽ ди
Лիփեз εዱաጦυ իбыβ еնыհоμուЯ уኯաрωпዞψև μութавсωγΦιпጬбիβ нኀпезве иκярсу
MengenaiSaya. herman rahmawanto Lihat profil lengkapku. Pengikut. Selasa, 04 Agustus 2015 Jadi dapat kami simpulkan bahwa guru adalah pahlawan, revolusioner dan aset bangsa. Sosok guru sebagai pendamping dan menjadi teladan bagi para peserta didik maka guru harus sungguh-sungguh mampu menjaga imitsnya. Guru haruslah menjadi seorang
Tak perlu diperdebatkan lagi, dua figur berikut ini adalah pelita pengubah bangsa. Menurut pandangan saya, pahlawan adalah orang yang membela tanah air dan berusaha membebaskan bangsa dari penjajahan. Dan guru adalah orang yang membagikan ilmu dan juga pengalaman pada kita. Sering kita dengar bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, guru memang pahlawan yang berusaha untuk membebaskan bangsa dari penjajahan yang bernama “kebodohan”. Jika kita mendengar kata “guru”, bayangan kita akan lari pada sesosok “Oemar Bakrie” yang dinyanyikan oleh penyanyi kawakan Iwan Fals yang mencoba mendeskripsikan guru. Guru sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya pembimbing. Dalam bahasa Jawa, guru adalah “digugu lan ditiru”, artinya didengarkan dan dicontoh. Guru merupakan panutan bagi anak didiknya atau bahkan lingkungan sekitarnya. Menurut wikipedia, guru adalah seorang pengajar suatu ilmu, dan dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk kepada pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, dan melatih anak didik. Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru. Guru pertama kita adalah orangtua, dan guru, baik formal maupun informal, adalah representasi dari orangtua. Daoed Yoesoef 1980 menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan. Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika. WF Connell 1972 membedakan tujuh peran seorang guru yaitu 1 pendidik nurturer, 2 model, 3 pengajar dan pembimbing, 4 pelajar learner, 5 komunikator terhadap masyarakat setempat, 6 pekerja administrasi, serta 7 kesetiaan terhadap lembaga. Guru merupakan salah satu unsur dalam sistem pendidikan, dan merupakan unsur terpenting dan terdepan dalam penentuan hasil akhir dari sebuah proses pembelajaran. Guru berhubungan langsung dengan masa depan sebuah bangsa. Namun juga guru harus mengikuti sistem yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang masih mengandalkan sisi akademik, namun dari sisi moral kurang tersentuh. Guru memiliki sifat-sifat dari seorang pahlawan, namun ada beberapa oknum tertentu yang kurang bisa menyesuaikan diri dengan sifat pahlawan tersebut, sehingga dalam melakukan pengabdian hanya setengah hati. Namun itu juga tidak bisa disalahkan, karena sangat manusiawi jika guru mempunyai kebutuhan hidup. Akan tetapi masih ada sosok pahlawan dalam hati sanubari guru yang dengan bermodalkan dedikasi dan semangat yang luar biasa mendidik dan mengajar siswa dengan gaji yang minim demi kemajuan bangsa. Mereka tidak mengharapkan gelar. Biarlah Ibu Pertiwi sebagai saksi bisu dan jasa mereka akan selalu terkenang dalam sanubari anak didiknya. Guru hendaknya tidak hanya mengajar sekaligus pembelajar, Guru adalah pekerja sosial yang bertugas mencerdaskan anak didiknya bukan mengutamakan komersil belaka. Pahlawan jaman dulu berjuang melawan kemerdekaan saat ini Indonesia sudah merdeka sebagai generasi penerus bangsa kita tinggal meneruskan cita-cita pahlawan melalui pendidikan. Guru sebagai pejuang pendidikan, mereka berjuang melawan korupsi dan kolusi melalui tindakan, pengajaran, inovasi. Metode pengajaran yang hanya satu arah, diubah dengan metode dua arah, dimana terjadi interaksi antara guru dan murid. Dan tidak hanya mementingkan nilai akademik saja, namun juga pendidikan moral bermasyarakat. Mari kita tengok sejenak perjalanan hidup dari salah satu pahlawan pendidikan yang napak tilasnya terekam hingga diabadikan sebagai Bapak Pendidikan Indonesia, hari lahirnya dijadikan Hari Pendidikan Nasional. Raden Mas Soewardi Soerjaningrat lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda. Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, “Tut Wuri Handayani”, menjadi slogan Departemen Pendidikan Nasional. Soewardi berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Ia menamatkan pendidikan dasar di ELS Sekolah Dasar Eropa/Belanda. Kemudian sempat melanjut ke STOVIA Sekolah Dokter Bumiputera, tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya komunikatif dan tajam dengan semangat anti kolonial. Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Sejak berdirinya Boedi Oetomo tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Jawa pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres pertama di Yogyakarta juga diorganisasi olehnya. Soewardi muda juga menjadi anggota organisasi Insulinde, suatu organisasi multietnik yang didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda. Sewaktu pemerintah Hindia Belanda berniat mengumpulkan sumbangan dari warga, termasuk pribumi, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis pada tahun 1913, timbul reaksi kritis dari kalangan nasionalis, termasuk Soewardi. Ia kemudian menulis “Een voor Allen maar Ook Allen voor Een” atau “Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga”. Namun kolom yang paling terkenal adalah “Seandainya Aku Seorang Belanda” judul asli “Als ik eens Nederlander was”, dimuat dalam surat kabar De Expres tahun 1913. Isi artikel ini terasa pedas sekali di kalangan pejabat Hindia Belanda. Kutipan tulisan tersebut antara lain sebagai berikut “Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya”. Akibat tulisan ini ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka atas permintaan sendiri. Namun demikian kedua rekannya, Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda 1913. Ketiga tokoh ini dikenal sebagai “Tiga Serangkai”. Soewardi kala itu baru berusia 24 tahun. Dalam pengasingan di Belanda, Soewardi aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, Indische Vereeniging Perhimpunan Hindia. Di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya. Dalam studinya ini Soewardi terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat, seperti Froebel dan Montessori, serta pergerakan pendidikan India, Santiniketan, oleh keluarga Tagore. Pengaruh-pengaruh inilah yang mendasarinya dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri. Soewardi kembali ke Indonesia pada bulan September 1919. Segera kemudian ia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922 Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Saat ia genap berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa. Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi “ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” yang berarti di depan menjadi teladan, di tengah membangun semangat, dari belakang mendukung. Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia. Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, Ki Hadjar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia posnya disebut sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan doctor honoris causa, dari universitas tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional. Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959. Betapa mulia dan besar jasa seorang guru dalam menyumbang kemajuan suatu bangsa. Guru disanjung dan dipuja begitu luar biasa karena diibaratkan sebagai pelita dalam kegelapan, sebagai embun penyejuk dalam kehausan, dan sebagai patriot pahlawan bangsa. Namun apakah cukup hanya berhenti pada sekadar sanjungan dan pujian ? Di zaman yang semakin susah ini, orang tidak akan mampu hidup hanya dengan sanjungan dan pujian. Gelar “pahlawan tanpa tanda jasa” tidak mampu memberi hidup yang layak bagi mereka, bahkan justru membebani. Di zaman ini yang dibutuhkan bukan sekadar sanjungan atau pujian atau gelar, lebih pada perhatian dan penghargaan atas suatu pengabdian yang begitu luar biasa. Jika bukan bangsa ini yang memberi apresiasi atau penghargaan yang selayaknya pada guru, lalu siapa lagi ? Ataukah kita harus berharap pada bangsa lain? Bukankah sejarah membuktikan bahwa kita tidak bisa berharap terlalu banyak pada bangsa lain ? Sungguh ironis, guru yang merupakan profesi yang amat mulia hanya dianugerahi gelar tanpa tanda jasa, Padahal gurulah yang mengantarkan manusia-manusia Indonesia menuju kepada keberhasilannya. Ibaratnya pengorbanan dan jerih payah para guru tidak dapat tergantikan, bahkan dengan penghargaan sekali pun. Suhartono Guru dalam Tinta Emas, 2006ix} menjelaskan bahwa kita bisa membaca dan menulis, guru yang mengajarkan. Kita dapat menduduki jabatan tertentu, guru jugalah yang menghantarkannya. Kita bisa berkreasi atau berwirausaha, ya tetap gurulah yang mempunyai andil besar. Tanpa guru kita tidak dapat seperti sekarang ini. Begitu besar peran seorang guru dalam kehidupan kita. Namun, ketika kita sudah berhasil meraih impian, kita cenderung melupakan jasa-jasa guru. Ketika murid-muridnya telah berhasil menjadi presiden, gubernur, pengusaha, atau apa pun, guru tetaptah guru dengan gaji yang pas-pasan. Yang berubah dari guru hanyalah usianya yang semakin menua. Kata-kata “pahlawan tanpa tanda jasa” diterjemahkan sebagai pengabdian yang tanpa pamrih. Sehingga tidak. mendapat penghargaan atau pun gaji yang layak tidak melawan atau memberontak. Dengan diberi gelar pahlawan dibaca orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran atau pejuang yang gagah berani, bukankah kata pahlawan mengandung makna yang luar biasa sehingga mampu menyihir ribuan guru di negeri ini? Sungguh, kata-kata tersebut seperti senjata makan tuan. Nasib guru dari dulu sampai saat mi sepertinya tidak mengalami perubahan yang signifikan. Bahkan Iwan Fals dalam salah satu lagunya yang berjudul Oemar Bakrie” mengisahkan tentang nasib guru yang memilukan. Dalam lagu tersebut digambarkan sesosok guru yang bernama Oemar Baknie, yang mengabdikan seluruh hidupnya dengan penuh dedikasi sampai usia tua. Meskipun gajinya yang kecil sering “disunat” sehingga semaikin kecil, namun Oemar Bakrie tetap semangat mengajar murid-muridnya. Saat munid-muridnya telah “jadi orang”, sosok guru Oemar Bakrie tetap saja sederhana kalau tidak boleh dikatakan miskin, dan nasibnya pun tak kunjung membaik. Di zaman yang serba komputer, serba instan, dan serba modern mi, nasib guru masih tidak jauh berbeda dengan Oemar Bakrie dalam gambaran Iwan Fals. Seharusnya kesejahteraan guru, baik PNS maupun non-PNS menjadi prioritas perhatian pemerintah. Terlebih para guru yang mengajar di SD dan SMP. Karena, para guru SD dan SMP merupakan bagian dari program wajib belajar. Dalam pelaksanaannya program wajib belajar ini pun melibatkan peran guru non-PNS,. OIeh karena itu, sudah seharusnya jika pemerintah bertanggung jawab atas kesejahteraan mereka, Sertifikasi yang saat ini tengah hangat diperbincangkan di kalangan para guru dan dunia pendidikan pada umumnya menjadi secercah harapan bagi para guru. Meskipun pada kenyataannya proses sertifikasi itu sendiri menjadi begitu rumit karena banyak sekali komponen atau syarat-syarat yang harus dipenuhi. Namun demikian bila seorang guru dinyatakan lulus uji sertifikasi, maka guru tersebut berhak atas tunjangan profesi sebesar satu kali gaji. Hal tersebut berlaku untuk guru negeri maupun swasta. Tunjangan bagi para guru yang lulus sertiflkasi tersebut akan diperoleh dari pemerintah. Kita semua harus menyadari bahwa ujung tombak pendidikan nasional adalah guru. Bila ujung tombak tersebut tidak mendapat perhatian sebaik-baiknya, maka tidak mungkin negeri ini akan semakin terpuruk. Keceriaan para guru menjadi keceriaan bangsa ini. Sebenarnya siapa saja yang bisa disebut sebagai pahlawan pendidikan itu ? Teringat akan beberapa sosok pahlawan nasional yang bergerak di bidang pendidikan dengan tujuan mulia yakni mencerdasakan anak bangsa. Sebut saja Ki Hajar Dewantara yang merupakan salah satu pelopor pendidikan dengan mendirikan Taman Siswa dan banyak mengangkat anak-anak bangsa khususnya yang dari kalangan pribumi. Sedangkan RA Kartini, atau Dewi Sartika juga srikandi di dunia pendidikan dengan mengangkat harkat dan martabat kaumnya meskipun menghadapi kendala yakni nilai-nilai yang berlaku di masa mereka yang sangat menentang hal tersebut. Apakah semua guru itu adalah pahlawan pendidikan? Tidak semua orang yang berprofesi sebagai guru itu benar-benar orang yang mendedikasikan diri untuk memajukan pendidikan bagi sekitarnya. Ada segelintir yang menjadikan profesi pendidik dalam kata lain guru sebagai pelarian sementara sebelum menemukan pekerjaan yang diidam-idamkannya. Jadi pendek kata bukan itu panggilan jiwanya, dan pastinya salah satu andilnya adalah kesejahteraan. Menyoal kesejahteraan guru, memang hal ini menjadi masalah utama yang harus dihadapi. Di satu sisi guru di beberapa bagian negeri sudah menikmati berbagai fasilitas yang memadai seperti tunjangan, sertifikasi dan lainnya, sementara banyak guru lain yang harus berjuang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hingga ada yang setelah mengajar menjadi juru parkir, pemulung atau mengajar privat dari pintu ke pintu karena penghasilannya yang tidak memadai. Dari sini kadang kesejahteraan berpengaruh pada kinerja serta kemaksimalan seorang pendidik dalam menghidupkan lentera ilmu dalam diri anak-anak didiknya, terlebih jika guru tersebut mengabdi di tempat-tempat terpencil yang jauh dari fasilitas perkotaan yang memadai dan dengan sarana prasarana ala kadarnya. Barangkali bila sang pendidik itu tidak mempunyai gairah kuat dalam dirinya sebagai lentera bagi masyarakatnya, bisa jadi dia akan pergi dan meninggalkan tempat mengajarnya dalam kegelapan. Namun bersyukur masih banyak orang-orang yang mengabdikan dirinya sebagai pendidik di tempat-tempat yang jauh seperti di pedalaman, mereka melakukan segalanya melalui kendala dan keterbatasannya dengan satu misi, yakni mencerdaskan serta memberi sinar terang bagi daerah yang ditempatinya. Program Indonesia Mengajar, dimana programnya menempatkan muda-mudi terpilih untuk mengajar di berbagai wilayah di seluruh Indonesia, juga menjadi salah satu program untuk mencerdaskan anak-anak bangsa utamanya di kawasan terpencil. Para pengajar muda ini ditempatkan di berbagai sekolah diseluruh Indonesia untuk mengajar selama satu tahun, dan diutamakan kawasan yang sulit dijangkau fasilitas perkotaan, dan tentunya hanya dipilih yang benar-benar punya integritas tinggi tanpa pamrih untuk mengabdi pada daerah yang jadi pilihan. Walaupun mungkin masih belum seperti para guru yang rela menempuh jarak berkilo-kilo demi mencapai sekolahnya dengan rasa rela dan ridha untuk berbagi. Profesi pendidik sekali lagi merupakan profesi yang sangat mulia, karena dari pendidiklah semua profesi dicetak. Mau jadi ekonom, agamawan, ilmuwan, astronom dan lain-lainnya semua itu takkan ada bila tidak ada yang mendidiknya dan itu merupakan proses getok tular yang terus menerus dan takkan berhenti. Saya sadar kalau tidak semua pendidik itu bisa disebut sebagai pahlawan pendidikan. Karena seperti yang telah saya tulis sebelumnya, tidak semua orang yang jadi pendidik itu benar-benar berjiwa pendidik, siap mendidik dan juga dididik. Sementara gelar pahlawan pendidikan itu bukanlah penggelaran dari diri pendidik itu sendiri, melainkan diberikan oleh orang sekitarnya, yang merasakan kiprah sosok ini dalam memajukan daerahnya. Bukan sekedar mendidik, tapi juga memberi kontribusi sekecil apapun itu bagi dunia pendidikan. Meskipun mungkin dia bukanlah seperti Ki Hadjar Dewantara, RA Kartini atau bahkan selevel Dewi Sartika, masyarakat yang memberi penilaian. Semoga para guru diseluruh Indonesia dan dimanapun mereka berada bisa lebih meneladani sosok pahlawan pendidikan yang telah memberi warna bagi kemajuan pendidikan di negeri yang masih berkutat dengan segala permasalahan yang ada saat ini. Pemerintah Indonesia seharusnya meningkatkan pendidikan di seluruh daerah di Indonesia. Peningkatan harus dilakukan merata dan tidak condong ke beberapa daerah saja. Sayangnya, masih banyak daerah di Indonesia yang dianak-tirikan oleh pemerintahan di pusat. Mereka merasa tidak mendapat perhatian yang layak, dan itu terlihat jelas dari pendidikan di daerah mereka yang masih jauh ketinggalan. Salah satu daerah yang mengeluh tersebut adalah Papua. Kemakmuran seakan-akan jauh dari Bumi Cendrawasih. Kemiskinan berada di setiap penjuru desa. Fasilitas kesehatan masih sangat minim didapat di sana. Sarana prasarana umum tidak diperhatikan dengan baik oleh pemerintah. Pendidikan yang tidak merata pun semakin melengkapi penderitaan masyarakat. Rakyat Papua sulit untuk melangkah maju membangun daerahnya karena rendahnya tingkat pendidikan. Kemerdekaan sepertinya masih menjadi mimpi bagi banyak orang disana. Mereka masih merasa hanya sebagai penumpang di tanah sendiri. Beruntung, Papua masih memiliki beberapa orang pahlawan pendidikan yang berusaha untuk membangkitkan Sang Mutiara Hitam dari tidurnya. Beberapa mereka seperti Johannes Surya dan Daniel Alexander. Ketimbang memilih kenikmatan pelayanan di perkotaan, mereka lebih memilih untuk melangkahkan kaki mereka di jalanan rusak desa-desa di Papua. Tanpa memandang suku, ras, dan agama, mereka berusaha meningkatkan taraf kehidupan di daerah Papua. Dan menurut mereka, salah satu aspek kunci dari kemajuan Papua adalah kecerdasan dari rakyatnya. Oleh karena itu, kedua orang ini berfokus mengembangkan pendidikan di daerah tersebut. Ketidakadilan masih bersembunyi di banyak pelosok daerah. Kemiskinan selalu menjadi momok yang harus dihadapi rakyat. Pendidikan terus menjadi mimpi yang sulit diraih oleh banyak anak-anak Indonesia. Papua dan daerah-daerah tertinggal lainnya masih membutuhkan para pahlawan pendidikan lainnya yang mau menjejakkan kakinya di tanah berlumpur pedesaan; berani meninggalkan kemapanan demi kemajuan daerah-daerah tertinggal. Sebutan pahlawan biasanya hanya diberikan kepada seseorang yang telah berjasa kepada orang lain. Seseorang yang berjuang, bahkan juga berkorban hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, sekalipun sukses, mereka tidak akan pernah disebut sebagai pahlawan. Tidak pernah ada pahlawan untuk dirinya sendiri. Pahlawan selalu dikaitkan dengan jasa yang diberikan kepada orang lain. Ada berbagai jenis atau tingkat kepehlawanan. Orang-orang yang berjuang dan berkorban untuk kepentingan bangsa dan negaranya, maka mereka itu disebut sebagai pahlawan bangsa. Bagi mereka yang berjasa hingga diakui oleh kalangan luas dan bahkan oleh pemerintah, maka tatkala meninggal dimakamkan pada tempat tersendiri, yang kemudian tempat itu disebut sebagai taman makam pahlawan. Cara tersebut dilakukan adalah sebagai tanda penghormatan kepada yang bersangkutan, dan sekaligus juga agar menjadi tauladan bagi berbagai generasi setelahnya. Prestasi, keberhasilan, kebesaran terkait dengan apa saja, selalu diperoleh dari perjuangan yang tidak sederhana. Perjuangan itu bahkan juga memerlukan pengorbanan. Tidak pernah ada keberhasilan yang diperoleh secara gratis atau tanpa usaha. Bangsa Indonesia menjadi merdeka seperti sekarang ini adalah merupakan buah dari perjuangan dan pengorbanan para pahlawannya. Mereka itu telah mengorbankan apa saja yang dimiliki untuk meraih kemerdekaan, baik pengorbanan itu berupa harta, tenaga, dan bahkan jiwanya. Ribuan orang mati, atau cacat tubuh, oleh karena berjuang merebut kemerdekaan. Namun pahlawan tidak selalu diartikan dalam lingkup besar sebagaimana dicontohkan di muka. Tetapi benar, bahwa sebutan pahlawan selalu dikaitkan dengan perjuangan dan pengorbanan. Perjuangan itu bisa dilakukan di dalam berbagai bidang, misalnya dalam bidang pendidikan, ekonomi, kebudayaan, seni, agama, dan lain-lain. Para perjuang masing di-masing bidang dimaksud telah melahirkan berbagai jenis pahlawannya. Oleh karena itu muncul sebutan pahlawan pendidikan, pahlawan gerakan sosial, budaya, politik, dan lain-lain. Ada juga sebutan pahlawan dalam pengertian terbatas, misalnya dalam lingkup keluarga. Seorang ibu dan ayah adalah menjadi pahlawan bagi para anak-anak dan cucunya. Mereka itu telah berjuang dan berkorban untuk mengantarkan mereka meraih keberhasilan hidup. Itulah sebabnya, sering kita mendengar ucapan seseorang dengan mengatakan bahwa, ibu atau ayahnya sendiri adalah pahlawannya. Penyebutan itu tentu dimaskudkan untuk memberikan penghargaan, bentuk rasa terima kasih, dan rasa syukur yang mendalam atas jasa yang telah diterimanya. Betapa pentingnya dalam hidup ini agar seseorang berbuat dan bekerja, bukan saja untuk dirinya sendiri, tetapi seharusnya juga untuk orang lain, maka hingga ukuran terbaik bagi seseorang ternyata dilihat dari seberapa besar yang bersangkutan mampu memberi manfaat bagi orang lain. Selanjutnya, supaya bisa memberi manfaat, maka siapapun harus berjuang dan sekaligus berkorban. Hidup, jangan sampai hanya menjadi orang yang diperjuangkan, tetapi sebaliknya, ialah harus menjadi pejuang. Disebutkan bahwa, tangan di atas adalah lebih baik daripada tangan di bawah. Maka agar pesan dimaksud bisa ditunaikan, maka sebagai manusia seharusnya lebih berkualitas, baik dalam ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, pendidikan, teknologi, sosial, dan lain-lain. Perjuangan itu manakala dilakukan dengan sungguh-sungguh dan ikhlas, maka pelakunya akan tercatat sebagai pahlawan, yaitu posisi yang sangat ideal dalam kehidupan ini. [
JAKARTA Politisi PDI Perjuangan Yoseph Umarhadi menyebut Indonesia semakin membutuhkan sosok pahlawan setelah 76 tahun kemerdekaan. Namun pahlawan yang dibutuhkan itu adalah sosok pahlawan yang berani dan rela berkorban demi membela kebenaran Pancasila. Moment Peringatan Hari Pahlawan yang diperingati tiap
- Jauh sebelum Hari Guru Nasional diperingati, ada banyak guru di Indonesia yang mengajar sejak zaman Belanda dan 10 di antaranya adalah Pahlawan Nasional. Meskipun mereka adalah pahlawan nasional, tak mengurangi tanggung jawabnya untuk menjadi seorang guru. Penting untuk mengetahui 10 pahlawan nasional yang menjadi guru. Beberapa guru ini bahkan sempat mendirikan sekolah. Baca juga Sejarah Hari Guru Nasional, Jejaknya Dimulai sejak Tahun 1912 Bagi siswa, mengetahui deretan pahlawan ini agar kiprah mereka di dunia pendidikan bisa diresapi, terutama saat memperingati Hari Guru Nasional 2022 Siapa saja pahlawan nasional yang juga seorang guru? Cek selengkapnya di bawah Ki Hajar Dewantara Tut Wuri Handayani, dari belakang, seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan. Semboyan milik Ki Hajar Dewantara ini melekat kuat bagi para siswa. Dilansir dari laman Direktorat SMP Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Kemendikbud Ristek Bapak Pendidikan Nasional ini seringkali sosoknya diabadikan dalam peringatan Hari Guru Nasional. Karena kiprahnya yang telah membangun Perguruan Nasional Taman Siswa dan menjadi cikal bakal sistem pendidikan di Indonesia inilah beliau sering dijadikan teladan bagi guru dan siswa. Baca juga Lewat Cerpen Matematika, Guru Ini Buat Pelajaran Berhitung Menyenangkan 2. K. H. Ahmad Dahlan Tak cuma menjadi ulama dan pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis adalah seorang guru. Pemikirannya sebagai guru saat itu mulai terasah ketika ia kurang setuju dengan sistem pendidikan kolonialisme yang menuju ke arah sekularisme dan westernisasi.
.

artikel tentang guru sebagai sosok pahlawan